Posts

Showing posts from 2008

Krisis Listrik dan Mengapa...

Setelah lama tidak menerbitkan tulisan dalam blog ini. Tampaknya hati tersentuh juga untuk kembali menulis. Karena terkenang suatu filosofi yang dari dahulu ada " latihlah,latihlah, dan latihlah untuk mempertajam kemampuanmu " dan juga " waktu adalah pedang bermata dua maka gunakan waktu untuk sesuatu yang berguna walau hanya sedikit ". Karenanya saya rasa perlu untuk dapat kembali menuangkan tulisan dalam blog ini kembali. Ada sebuah masalah yang saat ini sedang panas - panasnya di media dan masyrakat. Menjadi hot di media karena media adalah industri dan memerlukan pasokan berita baru sementara heboh di masyrakat karena sangat berhubungan dengan kehidupan dan kesejahteraan mereka. Namun lebih terasa lagi karena menyentuh seluruh kalangan di Indonesia.. ya benar masalah krisis listrik Bagaimana tidak ketika diinformasikan bahwa akan ada pemadaman lsitrik di Indonesia maka hampir seluruh kalangan masyarakat menanggapinya dengan tidak antusias. Hal ini terjadi karen

KAU PUISI

yo..Baby kau sosok yang punya arti Kau puisi...ketika datang sepi saat nikmat yang indah saat setpantai buta hadirmu jadi pelengkapku di tata surya aku butuh DUNIA dan KAU sebagai pendamping ketika kurasakan galau aku butuh CINTA dan KAU adalah tema saat kurasakan galau kau ada untuk melengkapi diriku kau tercipta untuk menutupi kekuranganku eL O Ve Ee (L.O.V.E) yang membuatku bisa bertahan seperti rumput yang takkan tumbang oleh TOPAN emosi,perasaan,cerminan rasa aman yang sanggup taklukan hati dengan sebuah senyuman aku berdiri karena KAU hadir disisi yo'ure my evrything baby KAU takkan pernah terganti * KAU 'lah idaman hatiku yang terangi aku dengan cinta KAU hangatkan jiwaku selimuti aku dengan kasihmu o..coba gapai apa yang kau ingin saat kuterjatuh sakit kau adalah ASPIRINE coba menuntunmu agar tetap dalam track KAU janganlah pergi dari dalam text dan aku mengerti apa yang KAU mau hargai dirimu menjadi IMAMMU karena kau diciptakan dari tulang rusukku selain itu karena KA

Dear...

dalam keindahan dunia,aku berdiri mencari kepastian akan apa yang ingin kutuju. Terlena dalam kebimbangan tak bertepi. Terkadang dapat melihat lurus kedepan, namun sering pula tertarik besarnya medan dunia yang sudah terintegrasi dalam tingkatan lipat tiga yang membuat anak adam terlena dan terjerembab didalmnya. Wuih sesuatu yang amat sukar untuk dielakkan.. Tapi aku yakin pasti, dibalik kebimbangan ku ini ada yang memrhatikan dengan seksama, tiap hari,jam,menit,detik, bahkan lebih detail dari tingkatan waktu quantum yang diajarkan paman Einstein. mengasihi dengan tingkatan yang lebih dalam daripada kisah Romeo dan Juliet atau Fahri dan Maria. Mencintai lebih tulus daripada cintanya seorang Ibu kepada anaknya dan lebih tulus dari seorang kekasih terhadap pacarnya. Rasa kasih sayang dan cinta yang tidak dapat dituliskan semuanya walupun seluruh pepohonan diubah menjadi pena dan kertas dan samudera menjadi lautan tinta... Herannya aku masih belum sanggup untuk mencarinya apalagi bertem

...[Untitled]...

Just an ordinary boy...write Jika dunia begitu menyilaukan, maukah ada seorang yang dapat meneduhkan dengan segenap ketabahan dan kesabaran hati akan datangnya kemenangan... Jika dunia terasa sepi dan mencekam, maukah ada yang dapat menghibur dan meramaikan demi sebuah senyum dan tawa manis yang sudah tidak terpasang di atas bibir manis itu... Jikalau dunia terlalu menyesakkan dan mencekam maukah ada yang memeluk dan berkata kamu tidak sendirian karena aku hadir untuk mu

MAU BELI KUE BANG ^_^

Mau beli kue kue bang Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke Jakarta. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan,seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan. "Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu. Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja. "Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya. "Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan